
Berhenti Merokok atau Hadapi Risiko Impoten
Merokok bukan hanya merusak paru-paru dan jantung, tapi juga menjadi ancaman serius bagi kejantanan pria. Banyak pria merokok demi kesan maskulin, padahal fakta medis menunjukkan sebaliknya. Rokok mengandung berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat merusak pembuluh darah dan saraf, yang pada akhirnya memicu impotensi.
Menurut Dr. David Katz, Direktur Prevention Research Center di Yale University, merokok mempercepat proses aterosklerosis—penumpukan plak di pembuluh darah. Jika aliran darah ke penis terhambat, kemampuan ereksi pun terganggu. Dalam banyak kasus, pria perokok aktif mengalami penurunan fungsi seksual lebih cepat dibandingkan non-perokok.
Sebuah studi di China terhadap 3.764 pria usia 47 tahun ke atas menunjukkan bahwa pria yang merokok 20 batang sehari memiliki risiko 60% lebih tinggi terkena disfungsi ereksi dibanding yang tidak merokok. Studi serupa di Australia juga menemukan bahwa pria yang merokok satu bungkus rokok sehari memiliki risiko 24–39% lebih tinggi mengalami gangguan ereksi.

Kabar baiknya, berhenti merokok dapat membalikkan risiko ini. Makin cepat berhenti, makin besar kemungkinan fungsi seksual kembali normal. Namun, jika sudah terjadi impotensi, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Di Indonesia, layanan seperti On Clinic menyediakan solusi medis untuk pria dengan masalah disfungsi seksual seperti impotensi & ejakulasi dini, ditangani oleh tenaga profesional dengan tingkat keberhasilan yang ideal & optimal.