Nggak Tahan Lama Di Ranjang? Ini Solusinya!
Ejakulasi Dini sudah mengincar pria muda. Perlu segera diatasi agar tidak berlarut menjadi disfungsi ereksi.
Jay, 29 tahun, datang ke dokter dengan sedikit malu ia mengaku, sejak menikah setahun lalu tak bisa bertahan lama saat berhubungan intim dengan istrinya. Pertahanannya selalu sudah jebol di sekitar satu menit awal permainan. Memang istrinya tidak mengeluh, namun dari sikapnya, Jay bisa melihat bahwa istrinya pun merasa tidak puas.
Kondisi itu terus berlanjut dalam setiap hubungan selanjutnya. Bahkan, sekarang, Mr P nya malah mengalami kesulitan untuk berdiri tegak.
Ternyata, Jay mengalami ejakulasi dini (ED). Jay tidak bisa mengontrol irama penetrasi saat berhubungan seks sehingga spermanya keluar di luar harapannya. Ia hanya bertahan tak lebih dari dua menit, dan itu terjadi berkali-kali.
Pada awalnya Jay tidak percaya. Bukankah ED hanya terjadi pada orang-orang yang sudah lama berumah tangga? Dulu, sebelum menikah, kenapa ia tidak pernah mengalami itu? Kini, Jay mulai merasa khawatir istrinya tidak puas terhadapnya. Ia mulai stres memikirkan istrinya akan meninggalkannya. Apalagi setelah ia membaca sebuah survei dari Mens Health.com, yang menemukan lebih kurang 10 % wanita memutuskan hubungan dengan seorang pria karena pria tersebut mengalami Ejakulasi Dini.
Mulai serang pria muda
Ejakulasi Dini (ED) merupakan salah satu masalah seksual yang paling sering dialami pria. Sebuah survei ilmiah menyatakan bahwa 40% pria usia produktif (20-50 tahun) menderita ejakulasi dini. Di Amerika, prevalensi ED diperkirakan terjadi pada 30%-70% pria dewasa, menurut survei dari The National Health and Social Life Survey (NHSLS).
Penelitian ilmiah menyatakan, 70% pria yang sering melakukan onani waktu remaja, ketika menikah mereka baru sadar bahwa mereka menderita ejakulasi dini. Rasa berdosa yang besar pada si pria mungkin menyebabkan masalah psikis yang tak langsung dapat menyebabkan ejakulasi dini saat berhubungan dengan sang istri kelak.
“Jika ejakulasi dini dialami belakangan di usia pertengahan biasanya akibat menurunya serotonin dalam tubuh,” kata dr. Johnny, konsultan medis On Clinic Indonesia. Serotonin adalah hormon yang berkaitan dengan mood, hasrat seksual, dan fungsi seksual.
Penyebab ED
Namun demikian, selain sering onani atau masturbasi, ejakulasi dini juga bisa terjadi akibat beberapa hal ini:
- Penis terlalu sensitif. Oversensitivitas organ intim pria terhadap rangsang seksual bisa terjadi pada sebagian pria, tak peduli berapa pun usianya.
- Otot penahan ejakulasi lemah. Lemahnya otot di area kemaluan ini mungkin terjadi akibat kondisi fisik yang kurang sehat atau jarang berolahraga. Karena itu, menjadi pria aktif bergerak selalu disarankan.
- Stres pikiran dan fisik. Tekanan dalam hidup dapat mengganggu pikiran dan fisik sehingga menyebabkan stres dan depresi. Hal ini akan memengaruhi kemampuan seorang pria dalam beraktivitas seks, termasuk dalam kemampuan mengontrol ejakulasi.
- Kecemasan seksual. Merasa khawatir tidak akan mampu memuaskan pasangan bisa menjadi penyebab munculnya ED atau memperparah ED.
- Penyakit tertentu. Beberapa penyakit seperti gangguan prostat dan ginjal bisa mengakibatkan terjadinya ejakulasi dini. Penyakit-penyaki ini berpotensi memperlemah organ reproduksi pria.
Fase seks terganggu
Idealnya, bagi pria, dalam melakukan hubungan seksual, harus melalui fase libido, ereksi penis, ejakulasi, dan orgasme. Tapi gangguan bisa saja datang pada tiap-tiap fase tersebut. Gangguan libido, misalnya, terjadi bila pria benar-benar tak memiliki gairah seksual. Penyebabnya bisa karena gangguan hormonal yang muncul akibat penyakit lain atau memang ada kelainan sejak lahir. Gejalanya bisa muncul sejak awal berupa ketidaktertarikan secara seksual terhadap siapa pun. Selain itu, faktor psikis juga dapat berperan namun gangguan akibat hal ini akan muncul belakangan.
Sedangkan disfungsi ereksi muncul apabila seorang pria gagal berereksi yang terjadi berulang atau terus menerus hingga sulit untuk intromisi (masuknya penis ke dalam vagina). Idealnya, ereksi ini bertahan hingga terjadi ejakulasi. Nah, masalah ejakulasi muncul bila setelah intromisi terjadi gangguan saat pengeluaran cairan semen berisi sperma dan zat lainnya.
Ejakulasi diatur oleh saraf otonom di tulang belakang. Ada dua fase ejakulasi yaitu fase emisi dan fase ekspulsi.
- Fase emisi: fase di saat cairan semen sampai ke dasar penis sebelum ejakulasi terjadi. Ini merupakan suatu point of no return alias tak bisa ditarik kembali.
- Fase ekspulsi: fase di saat kontraksi dan pulsasi otot-otot dasar penis untuk memompa cairan tersebut keluar.
Rangsangan terbesar untuk ejakulasi berada pada sensasi alat kelamin (bukan pada otak) yang dihantarkan ke saraf tulang belakang. Tetapi pada akhirnya, otaklah yang dapat ‘mengerem’ hingga ejakulasi terjadi pada saat yang tepat. Nyatanya, si otak tak selalu berhasil. Jadilah ejakulasi terlalu cepat dari yang diinginkan. Dan inilah yang disebut dengan ejakulasi dini.
Seberapa dini?
Ejakulasi dini atau premature ejaculation sebenarnya merupakan suatu terminologi yang sangat dipengaruhi subjektivitas. Sepasang suami istri bisa saja puas berhubungan intim meski hitungan waktu dari intromisi hingga ejakulasi sangat pendek, dan itu tidaklah menjadi sebuah masalah. Masalah baru muncul bila sudah terjadi ketidakpuasan dari salah satu pasangan.
Berdasarkan survei, standar waktu yang disebut ejakulasi dini bagi para pria adalah jarak waktu dari intromisi hingga ejakulasi hanya kurang dari dua menit. Namun begitu sebagian ahli membuat ukuran lain, yaitu seberapa besar efek gesekan yang bisa ditahan oleh mr P agar tidak terjadi ejakulasi. Bila sebelum 10-20 gesekan sudah terjadi ejakulasi maka keadaan itu sudah bisa disebut dengan ejakulasi dini.
Terapi
Karena penyebab ED kebanyakan dari sisi psikis, maka metode yang paling tepat untuk mengatasi ejakulasi dini adalah konsultasi (ke dokter atau klinik yang tepat),” ujar dr. Johnny, agar bisa diberikan pengobatan yang tepat. Selain itu, ia menambahkan, dukungan moral dari pasangan juga sangat berperan untuk mengembalikan kepercayaan diri penderita.
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan agar ejakulasi dini tidak mengganggu hidup Anda:
- Konsultasikan masalahnya ke dokter. Ini penting agar ejakulasi dini tidak berlanjut menjadi disfungsi ereksi. Sebab, beban yang dirasakan akan semakin berat karena perasaan kurang percaya dirinya dan sikap istri yang juga tak mendukung.
- Ajak pasangan untuk melakukan couple therapy, yaitu penyamaan persepsi mengenai seks dan memperbaiki kualitas komunikasi. Selain itu, si istri pun memegang peranan amat penting agar suami percaya diri dengan kemampuannya.
- Nikmatilah hubungan intim sebagai suatu kesenangan dan tidak usah membanding-bandingkan dengan orang lain, karena setiap pasangan berbeda.
- Manfaatkan penis sebagai senjata terakhir, lakukan foreplay yang baik dengan teknik yang benar agar pasangan puas dan percaya diri muncul kembali.
- Hindari stres dan jaga kebugaran karena hubungan intim pun membutuhkan stamina yang cukup besar.
- Latihan pengendalian ejakulasi dapat dilakukan dengan metode “tahan-lanjutkan”. Sesaat sebelum ejakulasi, tekan ujung penis hingga timbul sensasi nyeri. Setelah itu lanjutkan kembali. Lakukan berulang sesuai kebutuhan.
- Ejakulasi dini baru menjadi masalah bila salah satu pasangan tidak puas. Jadi, jika keduanya merasa bahagia dengan hubungan intim mereka meski pria berejakulasi cepat, maka masalah itu pun tidak akan ada.
Baca juga: Pengobatan Ejakulasi Dini Terbaik
Gangguan Ejakulasi Lain
Retarded Ejaculation: Ini kebalikan dari ejakulasi dini, karena si pria justru tidak juga berejakulasi meski telah lama ereksi. Hal ini sama tidak menyenangkannya dengan ejakulasi dini. Penyebabnya kebanyakan juga psikologis. Gangguan ini biasanya mulai muncul sejak awal berhubungan intim dan berkaitan dengan perkembangan psikoseksualnya di masa kecil.
Anejaculation: Ini kondisi yang tidak dapat berejakulasi sama sekali. Artinya, pria mampu berereksi tetapi tak mampu mengeluarkan cairan semen. Kebanyakan penyebabnya adalah gangguan organik (anatomi), misalnya seorang pria yang pernah mengalami kecelakaan tulang belakang di masa lalu, tersumbatnya saluran reproduksi, atau bawaan sejak lahir.
Retrogard Ejaculation: Saat orgasme, akan terjadi kontraksi dari saluran reproduksi sehingga cairan semen dapat keluar. Kontraksi tersebut akan menyebabkan aliran dari kandung kemih (yang berisi air seni) tertutup. Namun pada retrogard ejaculation, cairan semen tidak keluar ke saluran uretra di bagian depan melainkan ke belakang, yaitu ke dalam kandung kemih. Si Pria akan merasakan sensasi yang berbeda karena berkurangnya jumlah cairan yang keluar. Biasanya kelainan ini disebabkan kelemahan otot-otot spinkter (pintu masuk) kandung kemih yang sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang telah menjalankan operasi prostat. Retrogard ejaculation dapat menimbulkan gangguan fertilitas karena tidak optimalnya kuantitas cairan yang keluar. Namun hal ini tidaklah berbahaya karena cairan semen akan keluar saat buang air kecil.